BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi
(IPTEK), semakin tinggi pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya
dengan semakin pesatnya perkembangan sektor industri dan sistem transportasi.
Sebagai konsekuensi logis, maka semakin dampaknya akan meningkatkan pula
zat-zat polutan yang dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi
tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan berpengaruh
terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh
efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu
global antara lain efek rumah kaca, pemanasan global, polusi, sampah, dan hujan
asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith
pada tahun 1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan
industri di bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian
dari peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di
udara yang bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam dan menyebabkan
kerusakan bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air hujan normal
memang sudah asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0. Keasaman ini
dihasilkan ketika karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai dalam
uap air yang bercampur di udara.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa
banyak gas polutan yang menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur
dioksida yang umumnya dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan batubara, dan nitrogen oksida dari kendaraan bermotor serta bahan
bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua unsur tersebut bersenyawa di
atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari senyawa-senyawa asam lainnya.
Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan gabungan antara asam sulfur dan asam
nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju reaksi proses itu. Hujan asam
menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau, sungai serta
menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung,
patung-patung dan peninggalan sejarah.
Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan
asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan
dibahas mengenai bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap
manusia dan lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi
dan mencegah terjadinya hujan asam.
1.2
Rumusan Masalah
Ada
beberapa rumusan yang ingin dibahas dalam makalah yang akan membahas tentang
hujan asam, antara lain:
- Apa yang dimaksud dengan hujan asam?
- Bagaimanakah proses terbentuknya hujan asam?
- Bagaimanakah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan?
- Upaya apasajakah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah terjadinya hujan asam?
1.3
Tujuan
Sesuai
dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan
beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hujan asam.
- Untuk mengetahui proses terbentuknya hujan asam.
- Untuk mengetahui dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
- Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah terjadinya hujan asam.
1.4
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
memberikan kita pengentahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan
hujan asam, mengetahui tentang proses terjadinya hujan asam, dampak yang
ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, dan
usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mencegah dampak buruk yang
ditimbulkan oleh hujan asam. Pengetahuan ini diharapkan semoga mampu
meningkatkan kesadaran kita untuk menjaga lingkungan serta mengubah pola hidup
untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Hujan Asam
Fenomena hujan asam mulai dikenal
sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari buku karya Robert Boyle pada tahun
1960 dengan judul “A General History of the Air“. Buku tersebut
menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus spiris“.
Selanjutnya revolusi industri di
Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18 memaksa penggunaan bahan bakar
batubara dan minyak sebagai sember utama energi untuk mesin-mesin. Sebagai
akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari
hujan asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal
biasanya precussor ini hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran
hutan.
Istilah hujan asam pertama kali
digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan
di Manchester, sebuah daerah industri di Inggris bagian utara. Smith
menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain:
The Beginnings of Chemical Technology“.
Hujan asam adalah hujan yang
bersifat asam daripada hujan biasa (Hunter BT, 2004 dalam Rahardiman, Arya.
2009). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat basah (dari hujan, salju, atau
hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh gravitasi yang
tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada
tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negative
berupa air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000
dalam Rahardiman, Arya. 2009). Istilah keasaman berarti bertambahnya ion
hydrogen ke dalam suatu lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam jika
kemasukan ion hydrogen yang bersal dari asam sulfat (H2SO4)
dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi
sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan hydrogen
peroksida.
Masalah hujan asam dalam skala yang
cukup besar pertama terjadi pada tahun 1960-an ketika sebuah danau di
Skandinavia meningkat keasamannya hingga mengakibatkan berkurangnya populasi
ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika Utara, pada masa itu pula banyak
hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang rusak. Sejak saat itulah dimulai
berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun
politik.
Hujan yang normal seharusnya adalah
hujan yang tidak membawa zat pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan memang
sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi dengan CO2
di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3
dan terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat,
maka pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat
mencegah global warming, gas buang seperti SO2 penyebab
hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat
mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam
menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global
warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang kurang tepat untuk
menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi. Istilah yang
lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan asam dari
atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga melalui
kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi asam
lebih bermakna luas dari hujan asam.(Sumber: Ophardt, C.O., (2003)).
Karena hujan asam terlihat, dan
rasanya seperti air bersih, pengukuran pH diambil untuk menentukan keasaman
yang dimilikinya. Menurut US Environmental Protection Agency, air murni
memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar 5.6 (Howard, Rhonda,
2010). Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi dari 7,0 semakin
alkali atau dasar, Nilai lebih rendah dari 7,0 semakin asam. Ilustrasi di atas
juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu
deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya
benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada
daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik.
Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena
angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini
terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam
dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam
butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang
turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun
melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air
hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis
ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan
oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx)
yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2
yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari
letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari
kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan
pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan
batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi
menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang
itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.
Oksida nitrogen, atau NOx, dan
sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber utama hujan asam. Sulfur
dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan sebagai produk
oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang terbakar.
Gas ini dihasilkan karena berbagai
proses industri, seperti pengolahan minyak mentah, pabrik utilitas, dan besi
dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga dapat mengakibatkan
belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, seperti vegetasi membusuk,
plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya memancarkan sekitar
10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri bertanggung
jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi kendaraan
bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).
NOx juga berasal dari aktifitas
jasad renik yang menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N
merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang
tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga
menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi
pula produksi oksida tersebut. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses
kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam
serta mengering bersama debu atau partikel lainnya.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh National Atmospheric Deposition Program di Amerika,
menunjukkan bahwa pada tahun 2004 terjadi hujan asam yang diperkirakan
disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau Michigan.
Gambar di bawah ini menunjukkan hujan asam yang terjadi di kawasan tersebut:
Gambar 1. Hujan Asam yang terjadi di New
Jersey, Amerika Serikat
(Sumber: National Atmospheric
Deposition Program dalam Likens, Gene (2010)
2.2 Proses
Terbentuknya Hujan Asam
Proses terjadinya hujan asam sebenarnya mudah dipahami
karena memang tidak tergolong yang rumit. Dengan adanya unsur polutan atau
emisi polutan di atmosfer sebagai prasyarat, selanjutnya hanya diperlukan
proses tranformasi kimiawi sebelum turun sebagai presipitasi asam. Secara sedehana, reaksi
pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Transformasi SOx dan NOx terjadi melalui dua tahapan, yakni tahap reaksi
gas homogen dan reaksi gas heterogen. Kedua reaksi tersebut tergantung pada
derajad uap air jenuh dalam udara. Reaksi fase homogen meliputi reaksi oksidasi
SOx dan NOx oleh ion radikal bebas. Dalam fase cair, reaksi SO2
dengan OH radikal (dari unsur air, H2O) akan membentuk aerosol H2SO4.
H2SO3- yang dibentuk secara langsung sebagai
produk perantara yang kemudian melalui reaksi selanjutnya dengan OH radikal
akan menghasilkan H2SO4. Sementara untuk polutan nitrik,
dalam fase cair, pembentukan asam nitrat dari NO2 dapat terjadi
secara langsung membentuk asam nitrat. Pembentukan asam nitrit pada fase gas
(HNO2) akan disusul dengan pembentukan asam nitrat pada fase cair
(HNO3).
Mekanisme proses terbentuknya hujan
asam, dapat diamati pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Proses terbentuknya hujan
asam
Secara alami hujan asam dapat
terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah,
rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan
pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh
proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum
berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena proses industri telah
menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan
daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di
Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New
England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai
bahan bakarnya.
Bukti terjadinya peningkatan hujan
asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak
dimulainya revolusi industri dari Ph 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh
dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah
bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam
lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada
pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan
memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing
lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri,
jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri
yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama
meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang
tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Penggunaan cerobong asap yang
tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam,
karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional
yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah
yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh
lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
2.3
Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang
ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan
asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain :
a)
Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya
spesies yang bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan
berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan
bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu
pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim
dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam
beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan
mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit
bernafas. Pertumbuhan fitoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga
dihambat oleh tingginya kadar pH.
Gambar mengenai dampak hujan asam terhadap penurunan
kualitas air danau atau air permukaan, dapat dicermati pada gambar berikut:
Gambar 3. Dampak Hujan Asam Terhadap
Penurunan Kualitas Air Danau
b)
Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap
tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian mineral seperti Ca,
Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg merupakan mineral utama bagi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti
Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air.
Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam
batang menandakan terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman.
Dr. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam
menghambat beberapa pohon spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 – 40
tahun (Nandika, Dodi.,2004).
Gambar mengenai dampak hujan asam terhadap permukaan tanah,
dapat dicermati pada gambar berikut:
Gambar 4. Dampak Hujan Asam Terhadap Permukaan
Tanah
c)
Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam
cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga
tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan
akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan
mineral-mineral penting menjadi hilang.
Hujan asam yang larut bersama
nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat
menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti
aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini
dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan
mati.
Gambar mengenai dampak hujan asam terhadap kehidupan tumbuhan, dapat dicermati pada
gambar berikut:
Gambar 5. Dampak Hujan Asam Terhadap Tumbuhan
d)
Kesehatan
Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak
diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran
udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi
dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk
faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita,
orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan
terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Akan tetapi, kuat dugaan bahwa
ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi
manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air
tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam
ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan
banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan
hujan asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York
Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in
New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
hujan asam.
Gambar mengenai dampak hujan asam terhadap kehidupan manusia, dapat dicermati pada gambar
berikut:
Gambar 6. Dampak Hujan Asam Terhadap Manusia
e)
Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari
beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton
serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument
termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan
melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008) mengungkapkan beberapa
dampak dari deposisi asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk hidup,
vegetasi dan struktur bangunan seperti pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Dampak Deposisi Asam
Dampak terhadap
|
Keterangan
|
Makhluk Hidup
|
|
Vegetasi
|
|
Stuktur Bangunan
|
|
2.4
Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi
asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari
terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar
dari gas buangan dan penghematan energi.
a)
Menggunakan
Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan
gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas
ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar
non-belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya
metanol, etanol dan hidrogen.
b)
Pengendalian
Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi
emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah dikembangkan. Salah satu
teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Selain itu,
bisa juga dilakukan dengan penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu
mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-95 % (Ophardt, C.O., 2003).
c)
Pengendalian
Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil
pembakaran. Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization
(FGD). Cara lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya
sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
d)
Mengaplikasikan
prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu
barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang
sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
e) Untuk
mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah ataupun
danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau kedalam
danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan sifat
asam.
f) Melakukan Reboisasi atau penanaman
kembali.
Keberhasilan program reboisasi dan
rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas
lingkungan terutama dalam aspek:
- Fungsi hidrologi
- Fungsi perlindungan tanah
- Stabilitas iklim mikro
- Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
- Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen
- Pelestarian sumberdaya plasma nutfah
- Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
- Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
- Menciptakan kesempatan kerja
- Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.
Pada tahun 1970 Amerika mulai
mengontrol emisi SO2 dan NOx dengan peraturan pemerintah.
Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan industri.
Pada tahun 1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih memperketat kontrol
emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu mengurangi
pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US
juga merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada tahun 2010.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.
Hujan
asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan
secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida di
udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.
2.
Hujan
asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan
bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah
larut sehingga jatuh bersama air hujan. Secara sedehana, reaksi pembentukan
hujan asam sebagai berikut: Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan
udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya
dihasilkan melalui pembakaran.
3.
Adapun
beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain kelebihan zat asam
pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan, hujan asam yang
larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum
pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh, korosi dan menyebabkan
terganggunya kesehatan manusia.
4.
Usaha
untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung
sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi
serta penambahan zat kapur.
3.2.
Saran
Agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri
maupun umum, untuk bekerja sama dalam menjalankan peraturan yang
berkaitan dengan upaya penurunan polusi udara agar dapat terlaksana dan
diterapkan dengan baik dan seksama. Dengan penurunan polusi udara, diharapkan
akan mampu mencegah terjadinya hujan asam yang membawa akibat buruk tidak hanya
erhadap lingkungan namun terhadap kelangsungan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 2009. Cause and Effects
of Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.buzzle.com/
articles/ causes – and – effects – of – acid –rain.html. Diakses pada: 29 April 2012.
Harjanto, N.T., 2008. Dampak
Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek Pltn Sebagai Sumber Energi
Listrik Nasional. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN. Diperoleh dari:
http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi
/PIN/ pin-pdf/ 06Anto.pdf.
Diakses pada: 27 april 2012.
Howard, Rhonda. 2010. Acid Rain
and Heart Disease. Diperoleh pada: http://www.ehow.co.uk/about_5640136_
acid- rain- heart- disease .html. Diakses pada: 28 april 2012
Likens, Gene . 2010. Acid Rain.
Diperoleh dari: http://www.eoearth.org/article/
Acid_rain?topic.
Diakses pada 27 April 2012.
Nandika, Dodi.,2004. Hujan Asam
Suatu Fenomena yang Mengancam Kelestarian Hutan. Sataf Pengajar Jurusan
Teknologi Hasil Hutan-IPB. Diperoleh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/ 23543/Dodi%
20Nandika_RK.pdf?sequence=1. Diakses pada: 28 April 2012.
Ophardt, C.O., 2003. Acid Rain.
Diperoleh dari: http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook. Diakses pada 28 April 2012
Rahardiman, Arya. 2009. Hujan
Asam. Diperoleh dari: http://keslingbanget.blogspot.com/2009/03/
hujan -asam. html.
Diakses pada: 27 April 2012.
Rahmawaty, 2002. Dampak
Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan. Fakultas Pertanian Program Ilmu
Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Diperoleh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/857/1/ hutan-rahmawaty2.pdf. Diakses pada 27 Aprili 2012.
Sumahamijaya,I., 2009. Hujan Asam Menghancurkan Bumi. Diperoleh dari http://majarimagazine.com/2009/03/
hujan – asam – mencegah – global – warming-menghancurkan- bumi/. Diakses pada 29 April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar